Monday, 22 February 2016

Tentang Mimpi, Hasrat, dan Tulisan

Mimpi-mimpi Berhargaku

Aku punya impian
Menulis, berani, kuat, dan cerdas salah satunya
Aku punya kemauan
Mimpi-mimpi dan cita-cita

Aku ingin menjadi penulis
Merangkai kata indah sarat akan makna
Aku ingin jadi pemberani
Berani mengungkap rasa, melawan cobaan hidup ini

Bayangkanlah betapa indah bila mimpi tergapai
Jika prosesnya semudah menghitung bintang di langit malam
Namun, agaknya kuharus berperang dulu
Mengalahkan cobaan dan godaan yang menghadang
Agar impianku tercapai tangan ini

Aku punya impian
Hasrat bagaikan deru angin laut
Semangat bagai kobaran lidah api
Juga harapan tiada batasan
Serta mimpi dan cita-cita

***

Kosongnya jam pelajaran di sekolah kadang membuatku bosan, jadi ... ada beberapa pilihan yang bisa kuambil supaya tidak mati kebosanan:

1) Membaca novel. Keributan teman-teman sekelasku enggak bakal kedengaran kalau aku sibuk terhanyut dalam kerennya dunia di novel yang kubaca. Tapi kalau aku tidak membawanya, berarti pilihan nomor 2 bisa kupertimbangkan.

2) Setiap penulis harus punya buku catatan. Setidaknya, untuk mencatat hal-hal penting. Aku selalu membawa punyaku ke mana-mana, dan karena dia selalu berada dalam tasku, aku bisa tinggal mengeluarkannya dan mencoret-coret di atas lembaran kertasnya. Entah tulisan atau gambaran. Terserah aku. Tapi kalau aku tidak punya ide soal apa yang bakal kutulisi di buku itu, maka aku akan mengambil pilihan nomor 3.

3) Ngobrol sama teman sekelasku. Ada beberapa yang enak diajak bicara. Aku bisa tertawa bareng mereka dan sesekali membicarakan hal-hal serius. Kuharap aku tidak bakal bosan lagi kalau ujung-ujungnya begini!

Oke, puisi yang di atas itu aku buat saat lagi bosan di sekolah. Ada beberapa ide yang nyangkut di otakku dan segera saja kutuangkan dalam buku catatan. Oh, dan aku juga menulisnya karena perlu mengisi kekosongan blog ini XD

Sekali baca, kurasa kalian bakal tahu apa isi puisi di atas. Yap, tentang mimpi ... cita-cita. Semenjak kecil, sejak aku suka dibacakan cerita bergambar Winnie the Pooh atau nonton Dora, ketertarikanku pada dunia buku (itu istilahku, oke? Istilahku!) mulai berkembang. Lalu aku dibelikan buku fantasi yang agak tebal dan lama-lama tertarik sama cerita begituan. 

Setelah itu, BOOMM!!  

Aku gak bisa lepas dari dunia fantasi. 

Aku suka menulis dari SD, terutama tentang Naruto (waktu itu aku enggak tahu bahwa cerita-cerita yang ditulis berdasarkan karakter yang udah ada itu dinamakan fan fiction alis fan fict). Tapi aku mulai menulis serius sejak kelas 6. Tokoh-tokoh yang kepribadiannya masih "ngambang" tapi kutentukan sendiri mulai kuciptakan ... dan, alurnya juga serius kukarang. Sekitar dua bulan, lalu cerita perdanaku selesai.  Waktu itu aku selalu merasa kurang yakin ceritaku bakal diterima penerbit semudah cerita-cerita karya penulis muda lain, tapi aku tetap tidak terbiasa menyadari bahwa ceritaku itu masih jauh dari sempurna. Yah, kurangnya pengeditan dan kejelian adalah salah satu penyebabnya.

Sekarang, aku belajar menulis lebih serius. Dengan harapan, saat besar nanti atau secepat mungkin, aku bisa jadi penulis best seller. Walaupun sungguh konyol, tapi ini emang benar: saat ditanya aku mau jadi apa nanti, kujawab, "Aku mau jadi dokter". Aneh. Padahal aku lebih ingin -- sangat-sangat mau! -- jadi penulis. Ada alasan di balik jawabanku yang itu, sebenarnya.

Menulis adalah hasratku, pelarianku, atau apalah, yang jelas menulis telah menjadi bagian dari hidupku yang tak bisa kulepaskan. Seperti aku tidak bisa melepaskan jantungku begitu saja, secara harfiah maupun tidak. Dengan menulis, aku merasa senang. Aku juga suka menyalurkan perasaanku pada tulisan supaya merasa lebih baik dalam waktu dekat. Karena aku juga suka kalau ceritaku disukai orang banyak, aku punya impian menerbitkan buku perdanaku nanti. Entah bakal best seller atau enggak, yang penting aku puas. Setidaknya begitu. Buku manapun, pasti ada saja yang bakal menyukainya walau segelintir, 'kan?




Soal cerita-ceritaku ... aku agak kesulitan menulisnya kadang-kadang, terutama saat mikirin alur atau plot. Soal karakter, aku bisa menciptakannya sesuai kemauanku dan kugabungkan sedikit dari pengamatanku atas ciri khas orang-orang sekitarku. Agak sulit, tapi kalau aku kerja keras, pasti bakal bisa. Hanya perlu berdoa dan berusaha. Sekarang, cuma soal malas atau tidaknya aku.

Nah, kurasa kalian sudah tahu impian terbesarku sekarang. Apalagi yang mau kutulis dalam postingan ini? Kurasa aku sudah cukup banyak menuangkan perasaanku. 

Oke, jadi aku masih fokus pada proyek sampinganku yang nantinya bakal kuposting di akun wattpad.com milikku kalau sudah selesai. Daaaannn ... aku juga lagi baca novel-novel ringan lamaku supaya bisa menyegarkan pikiran. Kayak minum habis puasa penuh, hehehe XD

Yosh! Aku akan menutup laptop dan mungkin ngambil minuman dingin lalu kembali baca novel Three Wishes karya Isabelle Merlin. Mungkin aku juga bakal nulis proyekku nanti -- siapa yang tahu?

With love,
Azizah Rahmah

Thursday, 11 February 2016

Don't know what to say, but i'm still writing!

Tahu nggak bukunya Louisa May Alcott? Salah satunya Little Women. Yap, kurasa aku lagi suka sama buku-bukunya Alcott ini. Klasik dan menyenangkan. Setelah buku itu, Alcott menulis Good Wives, Little Men, dan Jo's Boys. Keempatnya saling berkaitan. Keren, 'kan? XD


Little Women


Jadi ... sekarang udah malem dan aku nggak tahu mau nulis apa sebenarnya. Cuma karena pengen banget nulis sesuatu selain diary ... dan proyek ceritaku masih harus nunggu buat ditulis.


Oke. Rencananya aku mau bikin cerpen atau apalah di blog ini. Aku butuh sesuatu untuk mengisinya! Mungkin proyek yang sedang kukerjakan sekarang bisa kumuat di sini. Mungkin. Aku pengen nulis puisi, tapi tidak cukup kata indah yang bisa dipikirkan otakku. Lalu apa yang mau kubahas di sini?

Hmmm ... inilah yang sedang kukerjakan:

1) Membaca novel yang bisa jadi inspirasi serta refrensi buat cerita fantasiku. Setelah baca Little Men dan Jo's Boys, sekarang aku lagi membaca Wintercraft karya Jenna Burtenshaw dengan serius. Salah satu alasan kupilih buku itu karena bukunya mengisahkan tentang orang berkemampuan unik yang diburu. Proyek fantasiku juga fokus ke arah situ!

2) Fokus pada proyek sampinganku (karena aku bosan sama proyek fantasi yang super-serius). Ceritanya ber-genre fantasi juga, tapi kubumbui dengan humor dan romansa. Entah apa aku sudah mengembangkan proyek ini dengan benar. Yahh ... baru kali ini aku nulis proyek pake roman. Dan soal humor, yah aku nggak terlalu jago bikin yang lucu-lucu. Tapi selama aku puas dan hasilnya lumayan, aku bakal tetap senang!

3) Mencoba menggambar ala ilustrator dan orang-orang berbakat gambar yang keren. Soalnya aku jatuh cinta sama tokoh di buku Half Bad-nya Sally Green, yakni Nathan Byrn. Dia keren, jago bertarung, dan tentunya berbakat menggambar! Jadi kupikir, kenapa aku tidak mengembangkan keahlianku yang itu?

4) Terus menerus meyakinkan diriku supaya serius menulis proyek sampinganku sekarang.

Jadi ... sebenarnya cukup banyak yang kulakukan. Membagi waktu sekolah dengan waktu bersenang-senang, belajar, dan tetap menulis juga termasuk. Ya, menulis telah menjadi bagian dari hidupku.

Oh, ada satu lagi yang sedang kukerjakan (atau setidaknya BERUSAHA KUKERJAKAN). Yaitu ... membuat puff quilting! Yaitu adalah teknik menggabungkan dua lembar kain persegi, dijahit sisinya dan di dalamnya diisi dakron.



Puff quilting bag



Salah satu hobiku adalah berkarya, dan menjahit aneka kreasi lucu juga hal yang menyenangkan bagiku. Nah, apa lagi yang bisa kubicarakan? Ini absurd -_-

Kadang aku berpikir bahwa bermusik adalah hobi yang menyenangkan selain menulis. Kalau aku bisa melakukan itu, mungkin aku mau memainkan gitar akustik atau biola! Bicara soal biola, aku jadi ingat Lindsey Stirling, seorang pemain biola alto yang terkenal dengan musiknya yang unik; dia menggabungkan biola dengan musik dubstep. How cool is that? XD 
Nih link-nya salah satu video musik Lindsey: Lindsey Stirling-Crystallize

Oke, kurasa cuma ini saja yang bisa dipikirkan olehku. Soal cerpen, mungkin bakal kubuat sekali-sekali dan bakal kuposting di blog ini. Hopefully.

With love,
Azizah Rahmah